![]() |
Image Source : Pixabay |
*IMAN* bukanlah sesuatu yang dapat dirasakan kehadirannya, peningkatannya, hanya dengan memahami ilmu agama secara teoritis semata. Tanpa amal tanpa pengorbanan.
Iman di dalam Islam sebagaimana juga dibuktikan dalam sejarah adalah perkara yang manisnya bisa dirasakan ketika jiwa raga seseorang menceburkan dirinya di dalam segala bentuk aktivitas ataupun pekerjaan yang menyangkut hajat hidup umat Islam dan demi tegaknya peradaban Islam.
Mengapa dahulu para sahabat Nabi sangat antusias dalam jihad? Karena dalam jihad ada manisnya iman yang tak bisa dirasakan melainkan dengan mencicipi dan lebih jauh menikmatinya. Sebagian ulama larut dengan aktivitas mengajarkan ilmu dan bersedekah setiap hari. Mengapa mereka terus melakukannya? Karena manisnya iman nyata mereka rasakan.
Oleh karena itu penting dipahami, bahwa untuk meningkatkan iman dan taqwa adalah dengan langsung menjalankan segala macam bentuk amalan bahkan perjuangan dan pengorbanan bagi tegaknya iman dan peradaban Islam.
Ustadz Abdullah Said di dalam bukunya Kuliah Syahadat mengatakan bahwa mencari pengalaman melalui keterlibatan langsunglah satu-satunya cara paling efektif untuk merasakan sendiri halawatul Iman (manisnya iman) atau kenikmatan beriman. Bagaimana mungkin umat bisa menikmati kalau belum pernah mengalami, akan sangat berbeda bobot keyakinan yang diperoleh lewat berita dibandingkan dengan yang dirasakan secara langsung.” (halaman: 144).
Beliau melanjutkan “Selama hal tersebut hanya berupa teori yang tak beda dengan berita, selama bentuknya sekadar informasi dan indoktrinasi semata, tidak dengan menunjukan langsung di lapangan agar mereka dapat mengalami sendiri pahit getirnya mempertahankan syahadat, suka dukanya mengembangkan syahadat, sampai-sampai kepada titik klimaksnya sebagai fase-fase penentuan uji cobanya, terlalu sulit kita harapkan kualitas (iman) yang baik itu.”
Itulah mengapa di dalam Islam banyak sekali perintah yang mesti dilakukan oleh umat Islam di mana sebagian besar di antaranya hanya dapat dilakukan oleh mereka yang benar-benar meyakini ajaran Islam, sehingga mereka inilah orang yang dapat merasakan keindahan sekaligus mampu merepresentasikan keindahan ajaran Islam.
Lebih jauh bisa kita lihat dalam kehidupan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam dari berbagai sisi.
Dari sisi ibadah beliau mampu menghidupkan malam-malam dengan sholat, dari sisi kepedulian beliau menjadi orang yang sangat gelisah apabila di dalam rumah masih ada harta yang belum disedekahkan. Dari sisi kepemimpinan beliau adalah orang yang paling mengkhawatirkan nasib umatnya sampai-sampai menjelang wafatnya beliau masih mengatakan, “ummati, ummati, ummati.”
Di sisi lain kita juga dapat menemukan heroisme para sahabat dalam mencari keridhaan Allah subhanahu wa ta’ala, mereka yang memiliki harta dengan mengorbankan untuk agama, mereka yang memiliki tekad belajar rela melakukan apapun demi mendapatkan ilmu dari sisi Rasulullah, dan mereka yang memiliki keterampilan memimpin pasukan, senantiasa menghabiskan umur dan tenaganya untuk memenangkan agama Allah.
Ini semua menunjukkan kepada kita bahwa jika benar-benar ingin merasakan manisnya Iman di dalam hati, maka tidak ada cara lain kecuali menguatkan niat, memantapkan tekad untuk terjun langsung melakukan hal-hal yang strategis lagi dibutuhkan untuk kemaslahatan umat Islam.
Tanpa itu maka boleh jadi kita hanya akan menjadi seorang Muslim yang belum pernah benar-benar merasakan manisnya iman dan pada saat yang sama kita hanya menjadi pribadi yang merasa puas dan cukup menjadi Muslim yang hanya menjalankan ibadah-ibadah ritual, namun abai dalam menjalankan fungsi diri sebagai pemimpin, khalifah Allah di muka bumi ini.
Seperti ditegaskan oleh Iqbal dalam bukunya “Rekonstruksi Pemikiran Religius di dalam Islam” bahwa Al-Quran adalah sebuah kitab yang menekankan ‘perbuatan’ daripada ‘pemikiran,’ ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang keindahannya hanya bisa ditampilkan manakah umatnya benar-benar siap untuk menjadi garda yang terdepan dalam mengamalkan ajaran Islam.*
*Sumber* Hidayatullah.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar