Senin, 26 November 2018

ALLAH (Part 2)

🌷BUNGA KEHIDUPAN

Akal setiap manusia dapat menerima, bahwa sang Pencipta, tentu memiliki kuasa yang tinggi, tentu pantas memiliki sifat mulia Al-Akram, ciri-ciri ini tidaklah mungkin ditemukan pada makhluq, karena ia yang diciptakan dan karenanya bergantung kepada Penciptanya.

Rabb-mu Al-Khaliq, sedang engkau makhluq...
Rabbmu Al-Akram, sedang manusia min ‘alaq dari kehinaan...
Sehingga melahirkan sikap makhluq terhadap khaliqnya, yang wajib pasrah mengabdi beribadah.

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. 51:56)

Sedangkan dari yang hina kepada yang mulia, wajiblah hormat, ta’zhim mengagungkan

“Dan katakanlah: "Segala puji bagi Allah Yang tidak mempunyai anak dan tidak mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan Dia bukan pula hina yang memerlukan penolong dan agungkanlah Dia dengan pengagungan yang sebesar-besarnya.” (QS. 17:111)

“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. 22:37)

Jika Al-Khaliq (sumber wujud) melahirkan kesadaran ada-tidak ada sesuatu, wajib bergantung kepada kehendak Alloh.

“Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa”
“Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu”
“Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan“ (QS. 112:1-3)

...Maka Al-Akram adalah sumber nilai, bahwa ukuran baik buruk mestilah menurut penilaian Alloh.

“Maka apakah orang yang dijadikan (syaitan) menganggap baik pekerjaannya yang buruk lalu dia meyakini pekerjaan itu baik, (sama dengan orang yang tidak ditipu oleh syaitan) ? Maka sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya; maka janganlah dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat“ (QS. 35:8)

“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. 2:216)

“Katakanlah: "Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka bertakwalah kepada Allah hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan." (QS. 5:100)

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS. 49:11)

Manusia yang dicipta dari hina, akan menjadi mulia, ketika ia menunaikan kewajibannya ta’dzim mengagungkan Alloh, tunduk patuh mengabdi kepada Alloh.

“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (QS. 17:70)

“Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia.” (QS. 8:4)

“Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.” (QS. 9:20)

“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS. 3:139)

Dirinya hanyalah seorang hamba yang hina, tak pantas, bahkan menjadi makin terhina bila ia sombong tidak menerima ketentuan-ketentuan Alloh.

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri,” (QS. 4:36)

“Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung” (QS. 17:37)

“Bahwa janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri." (QS. 27:31)

“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri“ (QS. 31:18)

“(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.“ (QS 57:23)

Sungguh orang yang mulia disisi Allah adalah yang paling taqwa.

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. 49:13)

“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS. 68:4)

RABB SEBAGAI AL-AKRAM (sumber nilai) ini, merupakan FONDASI DASAR KESADARAN BER-AKHLAQ, baik akhlaq karimah (mulia) maupun Adzimah (agung)

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. 49:13)

“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS. 68:4)

ALLAH (Part 1)

🍃🌺 SECERCAH CAHAYA

Beriman kepada Allah sebagaimana petunjuk yang sampai pertama kali kepada Nabiyullah Muhammad SAW yaitu dalam surat Al-Alaq ayat 1-5 :

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan

Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah

Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah

Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam

Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”

adalah awal ma’rifat kepada Allah Ar-Rabb karena fitrah manusia ber-Rububiyyah (alastu Birabbikum).

“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi." (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)." (QS. 7:172)."

Dimana Allah Ar-Rabb Al-Khaliq adalah :

(1) Allah adalah Ar-Rabb yang mencipta alam

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan.“ (QS. 96:1)

(2) Allah adalah Ar-Rabb yang mencipta manusia

“Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.” (QS. 96:2).

(3) Sementara manusia adalah makhluq (ciptaan)-Nya. Sebagai Al-Khaliq berarti Sumber Maujud, dimana semua makhluq dan segala sesuatu ada, karena diadakan oleh-Nya.

“(Yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Tuhan kamu; tidak ada Tuhan selain Dia; Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia; dan Dia adalah Pemelihara segala sesuatu.” (QS. 6:102)

“Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" maka terjadilah ia.” (QS. 36:82).

🍁
Mengenal eksitensi Rabb sebagai al-Khaliq (Pencipta seluruh Alam) melalui ayat afaqiyah (fenomena alam) tidak hanya mengantarkan kesadaran bahwa Rabb itu pencipta dari ketiadaan menjadi ada.

“Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: "Jadilah!" Lalu jadilah ia.” (QS. 2:117)

“Yang demikian itu adalah Allah, Tuhanmu, Pencipta segala sesuatu, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia; maka bagaimanakah kamu dapat dipalingkan?” (QS. 40:62)

“(Yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Tuhan kamu; tidak ada Tuhan selain Dia; Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia; dan Dia adalah Pemelihara segala sesuatu.” (QS. 6:102)

Eksitensi Rabb Sebagai Al-Khaliq

(1) Rabbunallah adalah  Arrazaq, yang menjamin rezeki kehidupan alam

“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).” (QS. 11:6)

“Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui." (QS. 2:22)

(2) Al-Mudabbir, yang maha pengatur, pemelihara, pengurus

“Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup, dan siapakah yang mengatur segala urusan?" Maka mereka akan menjawab: "Allah." Maka katakanlah "Mangapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?" (QS. 10:31)

“Maka (Zat yang demikian) itulah Allah Tuhan kamu yang sebenarnya; maka tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan. Maka bagaimanakah kamu dipalingkan (dari kebenaran)?” (QS. 10:32)

“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil." (QS. 17:24)

(3) Al-Murabby, maha mendidik

“Yusuf berkata: "Tidak disampaikan kepada kamu berdua makanan yang akan diberikan kepadamu melainkan aku telah dapat menerangkan jenis makanan itu, sebelum makanan itu sampai kepadamu. Yang demikian itu adalah sebagian dari apa yang diajarkan kepadaku oleh Tuhanku. Sesungguhnya aku telah meninggalkan agama orang-orang yang tidak beriman kepada Allah, sedang mereka ingkar kepada hari kemudian.” (QS. 12:37)

“Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.” (QS. 2:151)

(4) Al-Malik, yang maha memiliki

“Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. 2:284)

"Katakanlah, Siapakah Tuhan yang memiliki langit yang tujuh dan yang memiliki 'Arsy yang agung?" (QS. 23:86)

(5) Allah yang memberi manfaat dan mudharat

“Dan jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu.” (QS. 6:17)

“Dan mereka berkata: "Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami. Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” (QS. 35:34)

“Yang menempatkan kami dalam tempat yang kekal (surga) dari karunia-Nya; didalamnya kami tiada merasa lelah dan tiada pula merasa lesu." (QS. 35:35)

(6) Allah yang menghidupkan dan mematikan

“Allah-lah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rezki, kemudian mematikanmu, kemudian menghidupkanmu (kembali). Adakah di antara yang kamu sekutukan dengan Allah itu yang dapat berbuat sesuatu dari yang demikian itu? Maha Sucilah Dia dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan.” (QS. 30:40)

Sang penguasa alam ini haruslah yang menciptakannya. Secara takwini semua manusia mengakui kerububiyahan Allah, namun secara tasyri’i kebanyakan manusia mengingkari-Nya (Musyrik Rububiyah).

Al-Khaliq sebagai sumber maujud bukan hanya mengakui keberadaan Allah Ar-Rabb Al Khaliq saja, tetapi berinteraksi (tafa’ul) dengan-Nya secara benar sebagai makhluq wajib pasrah mengabdi beribadah.

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS 51:56)

Yaitu dengan Taslim/berserah diri kepada-Nya

“Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: "Tunduk patuhlah!" Ibrahim menjawab: "Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam". (QS 2:131)

“(Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. 2:112)

“Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan.” (QS. 3:83)

Maka AR-RABB AL-KHALIQ ADALAH FONDASI BER-AQIDAH

“Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?", niscaya mereka menjawab: "Allah." Katakanlah: "Maka terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemudharatan kepadaku, apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan kemudharatan itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmatNya?. Katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku." Kepada- Nyalah bertawakkal orang-orang yang berserah diri.” (QS. 39:38)

“Katakanlah: "Siapakah Tuhan langit dan bumi?" Jawabnya: "Allah." Katakanlah: "Maka patutkah kamu mengambil pelindung-pelindungmu dari selain Allah, padahal mereka tidak menguasai kemanfaatan dan tidak (pula) kemudharatan bagi diri mereka sendiri?." Katakanlah: "Adakah sama orang buta dan yang dapat melihat, atau samakah gelap gulita dan terang benderang; apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah yang dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka?" Katakanlah: "Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dia-lah Tuhan Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa." (QS. 13:16)

Minggu, 11 November 2018

Diin Islam (Part 3)

🍃🌹DI BALIK EMBUN PAGI
▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪

Fitrah Insaniyah dalam ber-Din Islam

(1) Kata fitrah berasal dari kata (fi’il) fathara yang berarti “menjadikan”, “membuka” atau “menguak”, juga berarti perangai, tabiat, kejadian, asli, agama, ciptaan.

Secara bahasa, fitrah artinya al khilqah yaitu keadaan asal ketika seorang manusia diciptakan oleh Allah. Fitrah adalah suatu kemampuan manusia yang diberikan oleh Allah SWT sejak manusia dilahirkan ke dunia dan itu adalah anugrah sebagai alat untuk mengabdi.

(2) ”Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, atau Nasrani, atau Majusi." (HR. Bukhari)

(3) Fitrah atau keadaan jiwa (ruh) asli manusia adalah mengakui Allah SWT. Fitrah ‘Alastu bi Robbikum (7:172), maka :

1) dengan menghayati Rabb al-kholiqul insan dan manusia adalah makhluq, maka fitrah manusia adalah taslim kepada Allah dalam Din Khalis (39:2-3), Dinnullah (110:1-3).

“Sesunguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al Quran) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.”
“Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya." Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.” (Qs 39 ayat 2-3)

Dinnullah...

“Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan,”
“dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong,“
“maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.” (Qs 110 ayat 1-3)

2) Dengan menghayati Rabb Al-Akram dan manusia mukarram dari asal hina min alaq, maka fitrah manusia adalah ta’dzim kepada Allah dalam Din Hanif (30:30).

"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui," (QS. 30 Ayat 30)

dan...

3) Dengan menghayati Rabb Al-Aliem dan manusia maa lam ya’lam, maka fitrah manusia adalah tahkim kepada Allah dalam Din Al-Qoyyim (98:5).

"Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah, dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan sholat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar)." (QS. 98 Ayat 5)

Diin Islam (Part 2)

🌷KESEMPATAN TERINDAH
▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫

Karakteristik Din Islam

a. Dinullah

“dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong.“ (Qs 110 ayat 2)

Ad-Diin yang bersumber dari Allah dan satu-satunya yang diridhai Allah.

“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.” (Qs 3 ayat 19)

Ad Diin yang membina umatnya Taslim (penyerahan diri) sepasrah-pasrahnya kepada Allah.

“Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan.” (Qs 3 ayat 83)

Dengan peribadatan total yang akan diterima Allah dan berakhir dengan kebahagiaan lahir batin - dunia akhirat.

“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (Qs 3 ayat 85)

b. Dinul Khaalish

“Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya." Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.” (Qs 39 ayat 3)

Ad-Diin yang murni tidak tercampur dengan kemusyrikan (39:3); dan membina umatnya untuk Ibadah Mukhlishiina Lahud Diin / Ibadah dengan memurnikan ketaatan hanya kepada Allah saja.

“Katakanlah: "Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama.”
“Dan aku diperintahkan* supaya menjadi orang yang pertama-tama berserah diri." (Qs 39 ayat 11-12)

“Dan Kami tidak mengutus seseorang rasul melainkan untuk ditaati dengan seizin Allah. Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonklagian ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat Maha Penyayang.”
“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (Qs 4 ayat 64-65)

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (Qs 98 ayat 5)

c. Dinul Fitrah

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,” (Qs 30 ayat 30)

Islam adalah Ad-Diin yang sesuai dengan awal penciptaan manusia (Allati Fatharan Naasa Ilaiha). Artinya; Allah telah merancang Islam sebagai Diin yang selaras dengan kehidupan manusia. Dan oleh karena itu membina umatnya untuk ta’dzim menghadapkan wajahnya kepada Dinul Islam dengan haniif atau lurus bertauhid (Fa Aqim Wajhaka Liddiini Haniifan).

d. Dinul Qayyim

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.”(Qs 98 ayat 5)

Ad Diin yang lurus (98:5) yaitu Dien yang tidak ada kebengkokan, cacat dan kurang. Dan membina umatnya agar ber-tahkim kepada Allah dengan murni dan konsekwen (98:5, 30:30), serta menjadikan Dinul Islam sebagai pusat orientasi hidupnya.

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,” (Qs 30 ayat 30)

e. Dinul Haq

“Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi.” (Qs 48 ayat 28)

Ad Diin yang haq (benar) karena bersumber dari wahyu Allah yang haq.

“Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu.” (Qs 2 ayat 147)

Dan membina umatnya untuk mendzahirkan atau memenangkan Dinul Islam (48:28), menegakan dinul Islam dengan berjama’ah.

“Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya).” (Qs 42 ayat 13)

Dan memerangi para penentang Al haq.

“Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk.” (Qs 9 ayat 29)

f. Dinul Kaamil

“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs 5 ayat 3)

Diin Islam ini sempurna (lengkap) karena :
Mengatur seluruh aspek kehidupan manusia atau Tibyanan Likulli Syai.

“(Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (Qs 16 ayat 89)

Untuk seluruh manusia atau Kaaffatan Lin Naas.

“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.” (Qs 34 ayat 28)

Mencakup agama dan negara / Istikhlaf.

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (Qs 24 ayat 55)

Dan membina umatnya agar Udkhuluu Fis Silmi Kaaffah (masuk, menjalankan dan memperjuangkan islam secara totalitas).

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.“ (Qs 2 ayat 208)

Diin Islam (Part 1)

🌷DIN ISLAM

(1) Pengertian Din

1.1 Ad-Din berasal dari bahasa Arab “Daana – Yadiinu – Diinan” memiliki arti yang banyak yaitu agama, jalan hidup, tatanan, hukum, dan lain lain.

1.2 Dalam kamus Bahasa Arab disebutkan beberapa makna دين diantaranya adalah :

1) السلطان والحكم = kekuasaan dan hukum
2) الطاعة =ketaatan
3) الجزأ = pembalasan
4) العادة = kebiasaan
5) الحساب = perhitungan
6) الملة = agama

1.3 Terminologi ad-Dien dalam al-Qur’an mencakup 5 point yaitu :

a) Sumber atau asal dari Din :

Ada dua sumber atau asal dari Din, yaitu dari Allah Dinullah atau Dinul Haq
dan Din selain dari Allah (din selainnya/‘ala dinnikullihi)

“Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi.” (Qs 48 ayat 28)

“Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk.” (Qs 9 ayat 29)

... selain dinullah/ghoero dinillah

“Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan.“ (Qs 3 ayat 83)

... atau selain Islam/ghoer islam

“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (Qs 3 ayat 85)

b) Ruang Lingkup Din :

1) Sistem Hukum/Dinil Malik

“Maka mulailah Yusuf (memeriksa) karung-karung mereka sebelum (memeriksa) karung saudaranya sendiri, kemudian dia mengeluarkan piala raja itu dari karung saudaranya. Demikianlah Kami atur untuk (mencapai maksud) Yusuf. Tiadalah patut Yusuf menghukum saudaranya menurut undang-undang raja, kecuali Allah menghendaki-Nya. Kami tinggikan derajat orang yang Kami kehendaki; dan di atas tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi Yang Maha Mengetahui. “ (Qs 12 ayat 76)

... atau Syari’ah

“Kepunyaan-Nya-lah perbendaharaan langit dan bumi; Dia melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan menyempitkan(nya). Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Qs 42 ayat 13)

“Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah? Sekiranya tak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah) tentulah mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu akan memperoleh azab yang amat pedih.“ (Qs 42 ayat 21)

2) Sistem Kekuasaan/Sulthon

“Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya (menyembah) nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun tentang nama-nama itu. Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." (Qs 12 ayat 40)

3) Sistem Peribadatan

“Katakanlah: "Hai orang-orang kafir.”
“Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.“
“Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.”
“Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah.”
“dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.“
“Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku." (Qs 109 ayat 1-6)

“Janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar mereka (musuhmu). Jika kamu menderita kesakitan, maka sesungguhnya merekapun menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu menderitanya, sedang kamu mengharap daripada Allah apa yang tidak mereka harapkan. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.“ (Qs 4 ayat 104)

c) Wujud Din

1) Nidhamul Hayyah/Sistem Hidup, seperti sistem hidup yang dijalani Fir’aun wa qaumihi.

“Dan berkata Fir'aun (kepada pembesar-pembesarnya): "Biarkanlah aku membunuh Musa dan hendaklah ia memohon kepada Tuhannya, karena sesungguhnya aku khawatir dia akan menukar agamamu atau menimbulkan kerusakan di muka bumi." (Qs 40 ayat 26)

Sistem hidup yang dijalani Nabi Musa AS wa ummatihi.

“(Musa berkata): "Hai kaumku, untukmulah kerajaan pada hari ini dengan berkuasa di muka bumi. Siapakah yang akan menolong kita dari azab Allah jika azab itu menimpa kita!" Fir'aun berkata: "Aku tidak mengemukakan kepadamu, melainkan apa yang aku pandang baik; dan aku tiada menunjukkan kepadamu selain jalan yang benar." (Qs 40 ayat 29)

2) Nidhamul Ibadah atau Sistem Peribadatan

“Katakanlah: "Hai orang-orang kafir.”
“Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.“
“Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.”
“Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah”,
“dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah“
“Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku." (Qs 109 ayat 1-6)

Ada yang diibadahi (sebagai tujuan),
ada aturan pengabdian (sebagai proses ibadah), dan
ada masyarakat pengabdi (sebagai pelaksana ibadah).

d)Tujuan Din : Ditegakannya Din/Idzharuddin sebagai Rahmatan Lil Alamin

“Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi.” (Qs 48 ayat 28)

“Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai." (Qs 9  ayat 33)

“Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang musyrik membenci.” (Qs 61 ayat 9)

e) Pembalasan الحساب ; Yaumiddin

“Yang menguasai di Hari Pembalasan.” (Qs 1 ayat 3)

“Tahukah kamu apakah hari pembalasan itu?“
“Sekali lagi, tahukah kamu apakah hari pembalasan itu?“
“(Yaitu) hari (ketika) seseorang tidak berdaya sedikitpun untuk menolong orang lain. Dan segala urusan pada hari itu dalam kekuasaan Allah.” (Qs 82 : 17 ayat 19)

(2) Pengertian Islam

Islam Menurut Bahasa, berasal dari kata :
1) Salima yaslamu silman, damai, jauh dari pertentangan/permusuhan.

2) Salima yaslamu salamun, selamat, sejahtera, suci, jauh dari kekotoran.

3) Sallama yusalimmu tasliman, tunduk patuh, taat, berserah diri.

4) Salama yuslimu sulaman, tangga, tingkatan, jenjang menuju kesempurnaan.

“Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan.” (Qs 3 ayat 83)

“(Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (Qs 2 ayat 112)

“Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik- baik Penolong.” (Qs 22 ayat 78)

(3) Pengertian Din Islam

Dalam terminology hadist Rosul, bahwa Din Islam adalah
Arqanul Iman, Arqanul Islam, dan Ihsan.

Pengertian Din Islam adalah
tatanan atau sistem hidup (Nidhamul hayat) dan sistem peribadatan (Nidhamul Ibadah) yang bersumber dari Allah Dinullah yang haq/Dinul haq, yang melingkupi aqidah, syari’ah, dan akhlaq atau Iman, Islam, dan Ihsan agar manusia mengabdi kepada Allah yang dengan ketundukannya, manusia akan menemukan ketentraman jiwa, ketinggian derajat, dan keselamatan jiwa raga, dunia dan akhirat.

Al Qur'an & As Sunnah

... UJUNG TOMBAK 🌷SPEARHEADER
▪▪▪▪▪▪

Tanggungjawab Muslim Terhadap Al-Qur’an Dan As-Sunnah

(1) Al-Qur’an adalah sebuah kemuliaan dari Allah bagi umat manusia yang kelak akan diminta pertanggungjawaban

“Maka berpegang teguhlah kamu kepada agama yang telah diwahyukan kepadamu. Sesungguhnya kamu berada di atas jalan yang lurus.“
“Dan sesungguhnya Al Quran itu benar-benar adalah suatu kemuliaan besar bagimu dan bagi kaummu dan kelak kamu akan diminta pertanggungan jawab.” (Qs 43 ayat 43-44)

Maka jika kita berpegang teguh pada Kitabullah dan Sunnah Rosul pasti tidak akan sesat selamanya.

(2) Maka agar kita tidak tersesat, kita harus :

Membacanya

“atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan.“ (Qs 73 ayat 4)

Mempelajarinya

“(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (Qs 39 ayat 9)

"Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Qs 58 ayat 11)

Mengamalkannya

“(Mereka tidak menerimanya) bahkan mereka tercengang karena telah datang kepada mereka seorang pemberi peringatan dari (kalangan) mereka sendiri, maka berkatalah orang-orang kafir : "Ini adalah suatu yang amat ajaib." (Qs 50 ayat 2)

Bertahkim kepada Allah dan Rosul-Nya

"Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya." (Qs 4 ayat 65)

Mengajarkannya

Sebagaimana hadist Rosul :
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Quran dan mengajarkannya.” (HR. Imam al-Bukhari)

Membela dengan mendakwahkannya

"Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka dengan Al Quran dengan jihad yang besar." (Qs 25 ayat 52)

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?" (Qs 41 ayat 33)

Al Sunnah

👣 PERJALANAN RISALAH
° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° °

As-Sunnah sebagai Al-Bayan/Penjelas dari Al-Qur’an

(1) Pedoman hidup kedua yang tidak bisa dipisahkan dari al-Qur’an adalah Sunnah Rosul, sebagaimana hadits Rosulullah saat beliau khutbah di Hijjatul Wada’.

“Taroktu fiikum amroini in tamassaktum bihima lan tadhillû abadan, kitâballahi wa sunnata rosûlihi.”
Artinya : "Aku tinggalkan kepada kalian dua perkara, jika kamu berpegang teguh dengan keduanya, kalian tidak akan tersesat selama-lamanya, yaitu Kitabullah dan Sunnahku." (HR Muslim, Tirmidzi).

(2) As-Sunnah merupakan segala hal yang bersumber dari Nabi Muhammad SAW, baik perbuatan (fi’il), ucapan (qaul), ilmu, aqidah, atau ketetapan (taqrir) lainnya.

(3) As-Sunnah adalah tuntunan yang berasal dari Rasulullah SAW. Dan Allah SWT memerintahkan kita untuk menerima apa-apa yang diberikan Rasul serta meninggalkan yang dilarangnya.

“Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.” (Qs 59 ayat 7)

... dengan mentaati Sunnah Rosul maka itu wujud ketaatan kepada Allah.

“Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka.“ (Qs 4 ayat 80)

Rasulullah juga bersabda:
“Barangsiapa yang taat kepadaku, maka sesungguhnya ia telah taat kepada Allah, dan barangsiapa yang durhaka kepadaku, maka sesungguhnya ia telah durhaka kepada Allah.” (HR. Bukhari, Muslim dan Ibnu Majah)

(4) Kedudukan As-Sunnah terhadap Al-Qur’an adalah sebagai penjelas/Al-Bayan dari Al-Qur’an.

"(mereka Kami utus) dengan membawa keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan Ad-Zikr (Al-Qur'an) kepadamu, agar engkau menerangkan kepada manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan agar mereka memikirkan." (Qs 16 ayat 44)

Diantaranya Sebagai :
1) Bayan taqrir : menguatkan Al-Qur’an
2) Bayan tafsir : menjelaskan maksud Al-Qur’an
3) Bayan tafsil, yaitu bayan yang berfungsi menjelaskan/menguraikan lebih rinci ayat Al-Qur’an yang mujmal
4) Bayan Taudhihi, yaitu menerangkan maksud dan tujuan sesuatu ayat Al-Qur’an
5) Bayan tasyri : menambah ketetapan Al-Qur’an atau menetapkan hukum baru yang tidak terdapat dalam Al-Qur’an, dan
6) Bayan takhsis : menetapkan yang khusus dari yang umum.

Dengan memahami kedudukan As-Sunnah terhadap Al-Qur’an menunjukan Rosulullah telah menjalankan tugas secara sempurna dari Allah yaitu menyampaikan Al-Qur’an, menjelaskan Al-Qur’an, dan mencontohkan dalam membumikan Al-Qur’an (iqomatul kitab).

Al Qu'ran (Part 3)

🌷WAY OF LIFE🌷
~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~
Al-Qur’an Sebagai Pedoman Hidup

(1) Al-Quran adalah Kalam Allah yang terpelihara yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Rasulullah SAW melalui Malaikat Jibril dengan menggunakan bahasa Arab.

“Maka Aku bersumpah dengan masa turunnya bagian-bagian Al-Quran.”
“Sesungguhnya sumpah itu adalah sumpah yang besar kalau kamu mengetahui.
“Sesungguhnya Al-Quran ini adalah bacaan yang sangat mulia,”
“pada kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh),”
“tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan.”
“Diturunkan dari Rabbil 'alamiin.” (Qs 56 ayat 75-80)

“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (Qs 42 ayat 75)

(2) Isi dan Fungsi Al-Qur’an

"(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur." (Qs 2 ayat 185)

Isi dan Fungsi Al-Qur'an :

1) Aqidah sebagai Hudalinnas, yang menunjukan dua jalan.

“Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan.” (Qs 90 ayat 10)

... agar manusia menetapi jalan yang lurus.

“Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.“ (Qs 17 ayat 9)

“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.”
“(Yaitu) jalan Allah yang kepunyaan-Nya segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Ingatlah, bahwa kepada Allah-lah kembali semua urusan.” (Qs 42 ayat 52-53)

2) Syari’ah sebagai Bayyinah minal huda, yang memberikan penjelasan hukum praktis atau hukum yang dapat dilaksanakan, hukum/syariat Islam yang mencakup kegiatan atau aktifitas pengabdian kepada Allah.

“Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.” (Qs 2 ayat 213)

“(Ini adalah) satu surat yang Kami turunkan dan Kami wajibkan (menjalankan hukum-hukum yang ada di dalam)nya, dan Kami turunkan di dalamnya ayat-ayat yang jelas, agar kamu selalu mengingatinya.“ (Qs 24 ayat 1)

“Dan tatkala Isa datang membawa keterangan dia berkata: "Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa hikmat dan untuk menjelaskan kepadamu sebagian dari apa yang kamu berselisih tentangnya, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah (kepada) ku." (Qs 43 ayat 63)

3) Akhlaq sebagai Furqon, penilai atau pembeda realitas pengikut dan penolak Al-Qur’an.

“Hai orang-orang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu Furqaan. Dan kami akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (Qs 8 ayat 29)

“Kemudian sesudah itu Kami maafkan kesalahanmu, agar kamu bersyukur.” (Qs 2 ayat 52)

Sikap orang beriman adalah istiqamah dengan kebenaran Al-Qur’an.

“Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan  yang datang daripada-Nya. Dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung.” (Qs 58 ayat 22)

“Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.” (Qs 25 ayat 1)

(3) Allah memerintahkan untuk beriman kepada kitab al-Qur’an.

“Demikianlah Kami mengulang-ulangi ayat-ayat Kami supaya (orang-orang yang beriman mendapat petunjuk) dan supaya orang-orang musyrik mengatakan: "Kamu telah mempelajari ayat-ayat itu (dari Ahli Kitab)", dan supaya Kami menjelaskan Al Quran itu kepada orang-orang yang mengetahui.” (Qs 6 ayat 105)

“Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya).” (Qs 7 ayat 3)

Wujud beriman kepada Kitabullah Al-Qur’an adalah menjadi pengikut Al-Qur’an, yang menjadikannya sebagai pedoman/undang-undang hidup, agar menjadi Muttaqien.

“Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa,”
“(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka.”
“dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.”
“Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.” (Qs 2 ayat 2-5)

... yang unggul Ulil Albab.

“Dan orang-orang yang menjauhi thaghut (yaitu) tidak menyembah- nya dan kembali kepada Allah, bagi mereka berita gembira; sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba-hamba-Ku,”
“yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal.” (Qs 39 ayat 17-18)

... dan hanya takut kepada Allah Manyakhsya.

“Thaahaa.”
“Kami tidak menurunkan Al Quran ini kepadamu agar kamu menjadi susah.“
“tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah),”
“yaitu diturunkan dari Allah yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi.”
“(Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah. Yang bersemayam di atas 'Arsy.” (Qs 20 ayat 1-5)

Bagi mereka yang menerima Al-Qur’an sebagai tuntunan dan undang-undang hidupnya, maka Allah memberi balasan kepada mereka, berupa ketenangan hidup dan keselamatan dunia akherat.

“Kami berfirman: "Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati." (Qs 2 ayat 38)

“Allah berfirman: "Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.” (Qs 20 ayat 123)

(4) Sebaliknya bagi yang menentang Al-Qur’an (Mengingkari Al-Qur’an) dan tidak mau menjadikannya sebagai tuntunan dan undang-undang hidupnya, mereka adalah orang-orang yang sombong dan menutup hatinya, menjadi pendengki yang lebih mencintai dunia daripada akherat.

“Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan Al Kitab (Taurat) kepada Musa, dan Kami telah menyusulinya (berturut-turut) sesudah itu dengan rasul-rasul, dan telah Kami berikan bukti-bukti kebenaran (mukjizat) kepada Isa putera Maryam dan Kami memperkuatnya dengan Ruhul Qudus. Apakah setiap datang kepadamu seorang rasul membawa sesuatu (pelajaran) yang tidak sesuai dengan keinginanmu lalu kamu menyombong; maka beberapa orang (diantara mereka) kamu dustakan dan beberapa orang (yang lain) kamu bunuh?”
“Dan mereka berkata: "Hati kami tertutup". Tetapi sebenarnya Allah telah mengutuk mereka karena keingkaran mereka; maka sedikit sekali mereka yang beriman.”_
“Dan setelah datang kepada mereka Al Quran dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka, padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan Nabi) untuk mendapat kemenangan atas orang-orang kafir, maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka la'nat Allah-lah atas orang-orang yang ingkar itu.” (Qs 2 ayat 87-89)

“Mereka berkata: "Hati kami berada dalam tutupan (yang menutupi) apa yang kamu seru kami kepadanya dan telinga kami ada sumbatan dan antara kami dan kamu ada dinding, maka bekerjalah kamu; sesungguhnya kami bekerja (pula)." (Qs 41 ayat 5)

"Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah (Al Quran), Allah tidak akan memberi petunjuk kepada mereka dan bagi mereka azab yang pedih."
"Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah orang-orang pendusta."_
"Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar."
"Yang demikian itu disebabkan karena sesungguhnya mereka mencintai kehidupan di dunia lebih dari akhirat, dan bahwasanya Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang kafir." (Qs 16 ayat 104-107)

(5) Bagi yang menentang Al-Qur’an maka Allah akan menutup hati mereka dari kebenaran, sehingga mereka merugi.

“Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman.”
“Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat.” (Qs 2 ayat 6-7)

“Mereka itulah orang-orang yang hati, pendengaran dan penglihatannya telah dikunci mati oleh Allah, dan mereka itulah orang-orang yang lalai.”
“Pastilah bahwa mereka di akhirat nanti adalah orang-orang yang merugi.” (Qs 16 ayat 108-109)

Allah memalingkan hati mereka dari kebenaran.

“Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku, mengapa kamu menyakitiku, sedangkan kamu mengetahui bahwa sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu?" Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik.” (Qs 61 ayat 5)

Allah menambahkan penyakit mereka dan membiarkan terombang-ambing dalam kesesatan.

“Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian," pada hal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.”
“Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.”
“Dalam hati mereka* ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.“
“Dan bila dikatakan kepada mereka: "Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi". Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan."
“Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.”_
“Apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman." Mereka menjawab: "Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?" Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh; tetapi mereka tidak tahu.”
“Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: "Kami telah beriman". Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan:"Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok."
“Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka.” (Qs 2 ayat 8-15)

Al Quran (Part 2)

📚 THE SECRET OF TRUTH 📰🗝
• • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • •
Al-Haq min Robbika

(1) Kebenaran yang pasti, tidak terkotori oleh yang salah, dan bersumber dari Yang Maha Berilmu dan Abadi, maka : Sumber Kebenaran Hanya Dari Allah.

“Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu.” (Qs 2 ayat 147)

“(Apa yang telah Kami ceritakan itu), itulah yang benar, yang datang dari Tuhanmu, karena itu janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu-ragu.“ (Qs 3 ayat 60)

... Selain dari Allah adalah sesat.

“Maka (Zat yang demikian) itulah Allah Tuhan kamu yang sebenarnya; maka tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan. Maka bagaimanakah kamu dipalingkan (dari kebenaran)?” (Qs 10 ayat 32)

Bukti memegang kebenaran, maka jika telah datang kebenaran, kebathilan akan lenyap.

“Dan katakanlah: "Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap." Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.” (Qs 17 ayat 81)

Wujud kebenaran dari Allah adalah wahyu (Al-Qur’an) dan dengan Al-Qur’an itu dibenarkanlah al-Haq dan disalahkan al-Bathil.

“Dan Allah akan mengokohkan yang benar dengan ketetapan-Nya, walaupun orang-orang yang berbuat dosa tidak menyukai(nya).” (Qs 10 ayat 82)

“Agar Allah menetapkan yang hak (Islam) dan membatalkan yang batil (syirik) walaupun orang-orang yang berdosa (musyrik) itu tidak menyukainya.“ (Qs 8 :ayat 8)

(2) Yang bersumber dari selain Allah adalah kebenaran nisbi, yang bersifat bathil
 
“(Kuasa Allah) yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah (Tuhan) Yang Haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah, itulah yang batil, dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (Qs 22 ayat 62)

“Maka (Zat yang demikian) itulah Allah Tuhan kamu yang sebenarnya; maka tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan. Maka bagaimanakah kamu dipalingkan (dari kebenaran)?” (Qs 10 ayat 32)

... dan akan menyesatkan jika dipakai sebagai pedoman hidup.

“Maka (Zat yang demikian) itulah Allah Tuhan kamu yang sebenarnya; maka tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan. Maka bagaimanakah kamu dipalingkan (dari kebenaran)?” (Qs 10 ayat 32)

... karena berdasar hawa nafsu.

“Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan bapak-bapak kamu mengadakannya; Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun untuk (menyembah) nya. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka dan sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari Tuhan mereka.“ (Qs 53 ayat 23)

... dan nilai tertingginya hanyalah Dzhan/Prasangka.

“Katakanlah: "Apakah di antara sekutu-sekutumu ada yang menunjuki kepada kebenaran?" Katakanlah "Allah-lah yang menunjuki kepada kebenaran." Maka apakah orang-orang yang menunjuki kepada kebenaran itu lebih berhak diikuti ataukah orang yang tidak dapat memberi petunjuk kecuali (bila) diberi petunjuk? Mengapa kamu (berbuat demikian)? Bagaimanakah kamu mengambil keputusan?”
“Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.”
“Tidaklah mungkin Al Quran ini dibuat oleh selain Allah; akan tetapi (Al Quran itu) membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkannya, tidak ada keraguan di dalamnya, (diturunkan) dari Tuhan semesta alam.” (Qs 10 ayat 35-37)

... yang menyesatkan dari jalan Allah.

“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).”
“Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang lebih mengetahui tentang orang yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia lebih mengetahui tentang orang orang yang mendapat petunjuk.” (Qs 6 ayat 116-117)

... dan membuat rusaknya bumi seisinya.

“Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan (Al Quran) mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu.” (Qs 23 ayat 71)

(3) Maka benar salahnya suatu perkara mestilah menurut Allah, manusia tidak pantas bertahkim selain kepada Allah.

“Itu adalah ayat-ayat dari Allah, Kami bacakan kepadamu dengan hak (benar) dan sesungguhnya kamu benar-benar salah seorang di antara nabi-nabi yang diutus.” (Qs 2 ayat 252)

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang yang khianat,” (Qs 4 ayat 105)

Falaa Takuunanna Minal Mumtariin/janganlah ragu dengan kebenaran dari Allah

“Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu.” (Qs 2 ayat 147)

Jadikan Al-Haq sebagai Sumber (Mashdar),
sebagai Alat Ukur (Miqyas), dan
sebagai Petunjuk Hidup (Hudan).

Al Qur'an (Part 1)

📿 UNTAIAN AYAT CINTA 📖💝

Ma’na Rabb Al-'Aliim dan manusia maa lam ya’lam

(1) Dalam Qur’an surat Al-Alaq ayat 4 :
“Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,”

Allah mengenalkan sifat Al-'Aliim (Maha Pandai) sementara manusia dikeluarkan dari perut ibu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun.

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.“ (Qs 16 ayat 78)

Al-'Aliim berkata kerja ya’lamu (Dia mengetahui). Biasanya Al-Qur’an menggunakan kata itu – untuk Allah – dalam hal-hal yang diketahui-Nya.

“Tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah mengetahui segala yang mereka sembunyikan dan segala yang mereka nyatakan?” (Qs 2 ayat 77)

“Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap al Lata dan al Uzza,” (Qs 53 ayat 19)

“Kecuali kalau Allah menghendaki. Sesungguhnya Dia mengetahui yang terang dan yang tersembunyi.” (QS 87 ayat 7)

Allah Yang Maha Pandai ‘Alama mengajarkan al-Qalam kepada manusia apa-apa yang tidak diketahuinya maa lam ya’lam.

“Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.“ (Qs 96 ayat 5)

(2) Manusia akan meraih ilmu dengan instrument yang diberikan Allah berupa panca indera, akal dan hati

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (Qs 16 ayat 78)

... Sebagai alat bagi manusia memperoleh kebenaran dan kesadaran haqiqi.

“Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.” (Qs 22 ayat 46)

1) Panca Indera, berguna untuk membaca pesan ilmu disekeliling kita, untuk menangkap gejala-gejala fisik, melihat, mendengar, dan merasa.

2) Akal, berguna menangkap fakta, analisa, dan membuat kesimpulan.

“Dan Dia-lah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai padanya. Dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-pasangan, Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (Qs 13 ayat 3)

“Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (Qs 16 ayat 11)

“Maka itulah rumah-rumah mereka dalam keadaan runtuh disebabkan kezaliman mereka. Sesungguhnya pada yang demikian itu (terdapat) pelajaran bagi kaum yang mengetahui.” (Qs 27 ayat 52)

“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (Qs 7 ayat 179)

3) Ilham, berguna untuk menemukan kesadaran, kendatipun tanpa penalaran.

“Musa berkata: "Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk.” (Qs 20 ayat 50)

4) Wahyu, pengetahuan tertinggi, berasal dari dzat maha tinggi. Sumber kebenaran yang sifatnya mutlak.

“Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu.” (Qs 2 ayat 147)

Membimbing manusia dalam jalan kebenaran

“Katakanlah: Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Katakanlah: "Apakah sama orang yang buta dengan yang melihat?" Maka apakah kamu tidak memikirkan(nya)?" (Qs 6 ayat 50)

“Ikutilah apa yang telah diwahyukan kepadamu dari Tuhanmu; tidak ada Tuhan selain Dia; dan berpalinglah dari orang-orang musyrik.” (Qs 6 ayat 106)

“Dan apabila kamu tidak membawa suatu ayat Al Quran kepada mereka, mereka berkata: "Mengapa tidak kamu buat sendiri ayat itu?" Katakanlah: "Sesungguhnya aku hanya mengikut apa yang diwahyukan dari Tuhanku kepadaku. Al Quran ini adalah bukti-bukti yang nyata dari Tuhanmu, petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman." (Qs 7 ayat 203)

“Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang nyata, orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami berkata: "Datangkanlah Al Quran yang lain dari ini atau gantilah dia." Katakanlah: "Tidaklah patut bagiku menggantinya dari pihak diriku sendiri. Aku tidak mengikut kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Sesungguhnya aku takut jika mendurhakai Tuhanku kepada siksa hari yang besar (kiamat)." (Qs 10 ayat 15)

“Dan ikutilah apa yang diwahyukan kepadamu, dan bersabarlah hingga Allah memberi keputusan dan Dia adalah Hakim yang sebaik-baiknya. “ (Qs 10 ayat 109)

Wahyu tentunya tidak diturunkan kepada semua manusia, tetapi kepada utusan-Nya yaitu Rosulullah

“Dan sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam“
“dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril)“
“ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan“
“dengan bahasa Arab yang jelas.“ (Qs 26 ayat 192-195)

Dari Rosul-lah wahyu disampaikan kepada ummat manusia

“Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” (Qs 5 ayat 67)

IMAN

Arti Iman Secara Etimologi

Al Imaan Isim Mashdar yang disusun dari 3 huruf ; Alif, Miem dan Nun, yang memiliki beberapa arti: 

- “الامان” 
Al Amaan artinya Tentramnya hati/tidak adanya rasa takut

- “الامانة”
Al Amaanah artinya Lurus/tidak khianat
 
- “الثقة”
Ats Tsiqoh artinya Percaya
 
- “التصديق”
At Tashdiq artinya Membenarkan

Arti Iman Secara Terminology

Arti iman sebagaimana disebutkan oleh para ulama, yakni:

(1) Tashdiq bi al-janan/al-qolb atau pembenaran dalam hati

“Orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami telah beriman." Katakanlah: "Kamu belum beriman, tapi katakanlah 'kami telah tunduk', karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. 49:14)

“Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian," padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.” (QS. 2:8)

(2) Iqrar bi al-lisan atau pernyataan dengan lisan

“Katakanlah (hai orang-orang mukmin): "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun diantara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya". (QS. 2:136)

(3) 'Amal bi al-arkan atau tindakan dengan anggota badan

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.”(QS. 49:15)

Prinsip Dasar Iman

Iman memiliki prinsip dasar; semua isi hati, ucapan, dan perbuatan menjadi sama dan sejalan dalam satu keyakinan.

Iman kepada Allah adalah sumber dari segala pokok atau rukun iman, dan sumber dari segala cabang-cabang iman.

Mu’min (orang yang beriman) adalah mereka yang di dalam hatinya, pada setiap ucapannya, dan segala tindakannya sama (satu). Maka mu’min adalah orang yang jujur atau orang yang memiliki prinsip dalam hidup.

Iman adalah Jaminan

Keimanan atau keyakinan inilah yang memberikan jaminan yang pasti bagi kehidupan yang membawa kepada kebaikan, keselamatan, dan benarnya hidup menurut Allah SWT.

Keimanan inilah menjadikan hidup seseorang menjadi muflihuun/beruntung atau hidup yang sukses menurut Allah.

“(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka.

dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.

Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. 2:3-5)

Nabi Yahya, Pemuda yang Dirindu Sejarah

"wa salaamun ‘alayhi yawma wulida wa yawma yamuut wa yawma yub’atsuun," Kesejahteraan atas dirinya pada hari ia dilahi...